Rabu, 29 November 2017

PERHITUNGAN SELISIH DANA KAS KECIL


PENGHITUNGAN SELISIH DANA KAS



Selisih kas ataupun kas kecil merupakan perbedaan yang terjadi antara jumlah kas menurut perhitungan fisik dengan catatan kas yang ada pada rekening bank maupun catatan buku besar kas pada perusahaan.

 Terjadinya selisih kas dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut :

• Adanya uang palsu
• Kehilangan akibat kekeliruan saat transaksi penjualan tunai, misalnya kekeliruan saat melakukan pengembalian uang kepada pelanggan
• Adanya penerimaan atau pembayaran yang ada nilai recehannya
• Kesalahan pencatatan yang dilakukan baik pada saat melakukan penerimaan kas maupun pengeluaran kas sehingga harus dilakukan jurnal koreksi
• Sebab-sebab yang sama sekali tidak dapat diketahui

Apabila kas kecil menurut perhitungan fisik lebih besar bila dibandingkan dengan catatan buku besar kas kecil maka hal itu disebut sebagai selisih kas lebih (cash overage) tetapi apabila kas kecil menurut perhitungan fisik lebih kecil dibandingkan menurut catatan buku besar kas kecil maka disebut selisih kas kurang (cash shortage).

Jurnal untuk mencatat selisih kas adalah sebagai berikut :

a. Selisih kas lebih (cash overage)
Kas Kecil                                              Rp xxx              -
Selisih kas Kecil                                       -             Rp xxx

b. Selisih kas kurang
Selisih kas Kecil                                 Rp xxx              -
Kas Kecil                                                    -             Rp xxx

Selisih kas kecil lebih dianggap sebagai pendapatan dan selisih kas kecil kurang dianggap sebagai beban atau kerugian. Dalam laporan Laba/Rugi selisih kas lebih akan diinformasikan sebagai pendapatan di luar usaha dan selisih kas kurang akan diinformasikan sebagai beban di luar usaha.

Selisih kas yang terjadi saat terjadinya transaksi namun belum dicatat dalam jurnal maka tidak perlu dibuat jurnal koreksi, tetapi kalau sudah dicatat dalam jurnal atau karena kesalahan pencatatan maka harus dilakukan jurnal koreksi.

Contoh soal 1 :
Misalnya adalah pada tanggal 1 Juni 2009 perusahaan melakukan pembayaran beban sewa toko sebesar Rp 350.000,00 secara tunai, namun setelah dilakukan pemeriksaan ternyata terjadi kekeliruan untuk pembayaran sewa toko yang seharusnya Rp 350.000,00 tetapi tercatat Rp 530.000,00 maka jurnal koreksinya adalah sebagai berikut :

Jurnal yang salah/dicatat dalam buku besar kas perusahaan
Beban sewa toko                              Rp 530.000,00                     -
Kas kecil                                                          -                     Rp 530.000,00

Jurnal yang seharusnya/benar
Beban sewa toko                              Rp 350.000,00                    -
Kas kecil                                                          -                    Rp 350.000,00

Jurnal koreksi
Kas Kecil                                            Rp 180.000,00                    -
Beban sewa toko                                           -                    Rp 180.000,00
Keterangan : karena terjadi pencatatan kas yang terlalu besar dari yang seharusnya maka kas harus ditambah sebesar selisihnya yaitu Rp 530.000,00 – Rp 350.000,00 = Rp 180.000,00

Contoh soal 2 :
Misalnya adalah pada tanggal 1 Juni 2009 perusahaan melakukan pembayaran beban sewa toko sebesar Rp 350.000,00 secara tunai, namun setelah dilakukan pemeriksaan ternyata terjadi kekeliruan untuk pembayaran sewa toko yang seharusnya Rp 350.000,00 tetapi tercatat Rp 530.000,00 dan yang seharusnya untuk pembayaran beban sewa toko tetapi tercatat pada akun pembayaran sewa kantor, maka jurnal koreksinya adalah sebagai berikut :

Jurnal yang salah/dicatat dalam buku besar kas perusahaan
Beban sewa kantor                            Rp 530.000,00                       -
Kas kecil                                                            -                      Rp 530.000,00

Jurnal yang seharusnya/benar
Beban sewa toko                                Rp 350.000,00                      -
Kas Kecil                                                            -                     Rp 350.000,00

Jurnal koreksi
Kas Kecil                                              Rp 180.000,00                       -
Beban sewa toko                               Rp 350.000,00                        -
Beban sewa kantor                                        -              

 

Sabtu, 18 November 2017

PTKP


Penghasilan Tidak Kena Pajak

Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah penghasilan yang dikecualikan dari perhitungan pajak penghasilan PPh Pasal 21. Penghasilan Tidak Kena Pajak merupakan asumsi DJP atas penghasilan yang benar-benar Anda keluarkan untuk memenuhi kebutuhan dasar Anda selama satu tahun, sehingga atas penghasilan tersebut dikecualikan dari perhitungan pajak penghasilan PPh Pasal 21 sesuai dengan Undang Undang Pajak Penghasilan No 36 Tahun 2008.

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan unsur terpenting dalam menghitung pajak penghasilan PPh Pasal 21. Hal itu dikarenakan PTKP merupakan pengurang terbesar atas penghasilan Anda pada tahun pajak yang bersangkutan.

Besarnya PTKP akan disesuaikan dengan keadaan perekonomian negara pada tahun yang bersangkutan dan dapat diubah melalui Peraturan Menteri Keuangan. Sehingga besarnya PTKP belum tentu sama untuk tiap tahunnya (Baca:
Tarif PTKP Tahun 2001 sampai tahun 2016). Dan selama aturan atas PTKP belum diubah, maka tarif PTKP yang berlaku adalah tarif yang terakhir ditetapkan.

Cara Menghitung PTKP

Untuk Menghitung PTKP yang perlu dilihat adalah status dan tanggungan yang dimiliki oleh pemegang kartu NPWP. Dan perlu saya tegaskan kembali di sini, DJP melihat sebuah keluarga sebagai satu kesatuan ekonomi, sehingga secara aturan umum, satu keluarga hanya boleh memiliki satu NPWP.

Dalam kasus tertentu suami dan istri masing masing memiliki kartu NPWP maka beban atas PTKP diberikan kepada suami, dan PTKP untuk istri "dianggap" belum kawin dan tidak memiliki tanggungan (TK/0). Misalkan saja, Anda (suami) dan istri Anda memiliki seorang anak, maka status atas PTKP Anda adalah K/1 (kawin dengan 1 tanggungan) sementara istri Anda berstatus TK/0.


 


Kode status untuk PTKP dibagi menjadi dua yaitu status pernikahan dan tanggungan. Untuk status pernikahan diberi kode TK untuk Tidak Kawin, dan kode K untuk Kawin. Sementara tanggungan diberi kode angka yaitu 0, 1, 2, dan maksimal 3. Sebagai contoh jika seorang suami dengan 1 anak maka kode PTKP nya adalah K/1. Namun jika anaknya 5 maka tidak boleh ditulis K-5, maksimal hanya 3 tanggungan, jadi statusnya adalah K-3.

Sehingga kode-kode PTKP yang berlaku adalah

1.      Status Lajang (TK)  ~ TK/0 , TK/1 , TK/2 , TK/3

2.      Status Menikah (K) ~ K/0 , K/1 , K/2 , K/3

3.      Status PTKP Digabung (K/I) ~ K/I/0 , K/I/1 , K/I/2 , K/I/3 

Agar status pernikahan atau status tanggungan dapat diperhitungkan dalam PTKP, maka status tersebut sudah berubah sejak tahun pajak sebelumnya. Jika Anda memiliki anak pada tanggal 2 Januari 2015, maka tanggungan atas anak tersebut tidak boleh dimasukkan kedalam tanggungan PTKP 2015

 

Contoh Kasus Perhitungan PTKP

Misalkan Budi adalah seorang pria lajang. Maka kode PTKP yang digunakan adalah TK/0 sebagai kode dasar perhitungan. Sesuai dengan PTKP 2016, untuk TK/0 berlaku angka Rp 54.000.000. Dan untuk setiap tanggungan diberi penambahan sebessar Rp 4.500.000. Jika Budi akhirnya menemukan dambaan hati dan menikah maka status berubah menjadi K/0 sehingga PTKP nya adalah Rp 54.000.000 + Rp 4.500.000 = Rp 58.500.000.

Dengan pernikahan yang membahagiakan ini akhirnya Budi memiliki satu anak maka statusnya naik menjadi K/1 sehingga PTKP nya adalah Rp 54.000.000 + Rp 4.500.000 + Rp 4.500.000 = Rp 63.000.000.

Dengan memiliki anak, kebutuhan rumah tangga meningkat, sehingga keadaan memaksa sang Istri untuk bekerja dan ber-NPWP. Jika perhitungan pajak penghasilan mereka digabungkan maka otomatis status PTKP nya adalah K/I/1 (K/1 + TK/0) sehingga besarnya PTKP yang dia dapat gunakan adalah Rp 63.000.000 + Rp 54.000.000 = Rp 117.000.000.

 

Penghasilan Dibawah PTKP

Banyak yang bertanya tentang penghasilan dibawah PTKP. Untuk mempermudah pemahaman mari kita buat sebuah kasus. Anggap saja saat masih lajang Budi adalah seorang pegawai bank dengan gaji Rp 4.000.000 per bulan. Maka dalam satu tahunnya penghasilan Budi adalah Rp 4.000.000 x 12 = Rp 48.000.000.

Berdasarkan PTKP 2016, status Budi adalah TK/0 dengan PTKP sebesar Rp 54.000.000. Sehingga gaji dalam satu tahun besarnya kurang dari besarnya PTKP. Karena Gaji - PTKP kurang dari "0", maka atas penghasilan Budi tidak ada yang dipotong Pajak Penghasilan PPh Pasal 21.

Perhitungan pajak penghasilan diatas PTKP pernah saya buatkan artikel tersendiri, namun dalam perhitungannya masih menggunakan PTKP 2015. Untuk perhitungan pajak penghasilan nya bisa Anda pelajari di artikel berikut
Perhitungan Gaji di atas PTKP.

Tarif PTKP terbaru mengacu pada aturan yang terakhir ditetapkan. Sehingga untuk tahun 2017 ini tarif PTKP nya masih menggunakan tarif PTKP 2016 dasar aturannya adalah PMK Nomor 101/PMK.010/2016

 

Rabu, 15 November 2017

SOAL-SOAL KARTU PERSEDIAAN


LATIHAN

Pilihan ganda !

1.             Persediaan adalah barang berwujud milik perusahan yang.............

a.             Tersedia untuk dijual (barang jadi atau barang dagangan)

b.            Masih dalam proses produksi untuk diselesaikan, kemudian dijual (barang dalam prose/pengolahan)

c.             Akan dipergunakan untuk produksi barang barang jadi yang kemudian dijual

d.            a, b, dan c benar

2.      Metode penentuan harga pokok persediaan yaitu.................

a.             Metode phisik dan perpetual

b.            Metode garis lurus

c.             Metode saldo menurun

d.            Metode angka tahun

3.             Jurnal untuk mencatat transaksi pembelian dengan menggunakan metode phisik adalah...............

a.             Persediaan barang                      Rp. xxx

                        Utang dagang/kas                               Rp. xxx

b.            Pembelian                                   Rp. xxx

                        Utang dagang/kas                               Rp. xxx

c.             Piutang dagang/kas        Rp. xxx

                        Penjualan                                             Rp. xxx

d.            Harga Pokok Penjualan Rp. xxx

                        Persediaan                                           Rp. xxx

4.             FIFO singkatan dari First In First Out yang artinya..........

a.             Masuk pertama keluar pertama

b.            Masuk terakhir keluar pertama

c.             Masuk pertama keluar terakhir

d.            Masuk terakhir keluar terakhir

5.             Metode penilaian persediaan adalah kecuali............

a.             Metode Harga pokok atau harga pasar mana yang lebih rendah

b.            Metode taksiran laba kotor

c.             Metode taksiran harga eceran

d.            Metode garis lurus

6.             Metode yang sering disebut dengan metode COMWIL adalah..........

a.             Metode harga pokok atau harga pasar mana yang lebih rendah

b.            Metode laba bersih

c.             Metode taksiran harga eceran

d.            Metode taksiran laba kotor

         7.             Persediaan barang dagangan terdapat pada jenis perusahaan dagang yang kegiatan utamanya adalah........

a.             Merusak barang dagangan

b.            Membeli dan menjual barang dagangan

c.             Mengirim barang dagangan

d.            Menyimpan barang dagangan

8.             Metode perhitungan persediaan dalam metode perpetual yaitu............

a.             Rata-rata sederhana

b.            Rata-rata tertimbang

c.             Rata-rata bergerak

d.            a dan b benar

         9.             Persediaan awal 1.000 unit harga per unit Rp. 500,00 pembelian 300 unit @ Rp. 550,00 penjualan 750 unit. Berapa besarnya harga pokok persediaan akhir jika menggunakan metode phisik FIFO adalah.......

a.             Rp. 290.000,00

b.            Rp. 250.000,00

c.             Rp. 300.000,00

d.            Rp. 125.000,00

          10.         Berikut metode harga pokok persediaan di bawah ini, kecuali.........

a.             FIFO                                                                              c.   FILO

b.            LIFO                                                                              d.   Average

Essay !

1.         Jelaskan perbedaan antara metode phisik dengan metode perpetual !

2.         Berikut ini transaksi transaksi yang terjadi selama bulan Januari 2008 pada PT. Pelangi.

       Jan 5       pembelian 100 unit barang dagang dengan harga Rp. 25.000,00/unit dengan                          beban angkut Rp. 100.000,00

       Jan 11     pembelian 25 unit barang dagang dengan harga Rp. 27.000,00/unit dengan                        beban angkut Rp. 25.000,00

       Jan 12     dikembalikan barang sebanyak 3 unit atas pembalian tanggal 11 Jan

       Jan 13        penjualan 50 unit barang dagang dengan harga Rp. 50.000,00/unit

       Jan 22        pembelian 50 unit barang dagang dengan harga Rp. 28.000,00/unit dengan                        beban angkut Rp. 50.000,00

       Jan 27         penjualan 60 unit barang dagang dengan harga Rp. 50.000,00/unit

       Jan 28      diterima pengembalian barang atas penjualan tanggal 27 Jan

       Jan 30         penjualan 50 unit barang dagang dengan harga Rp. 50.000,00/unit

         Persediaan barang dagangan pada tanggal 1 januari 2008 sebanyak 80 unit dengan harga pokok Rp. 24.000,00/unit dan seluruh transaksi dilaksanakan secara cash.

         Diminta :

Hitunglah persediaan pada tanggal 31 januari 2008, apabila Perusahaan menggunakan metode Perpetual.

          3.             PD. SEJAHTERA mencatat mutasi persediaan barang CX menurut system inventarisasi fisik. Persediaan barang dinilai pada tiap akhir bulan, dengan data transaksi bulan Februari 2011 sebagai berikut .

Februari  1,      Sediaan awal 4.000kg @4.550

Februari 4,       Pembelian 5.000kg @4.800 kepada PT. Sentosa secara kredit faktur no.024                                   dengan beban angkut pembelian sebesar 200.000

Februari 8,       Penjualan 6.600kg @7.200 kepada Toko Selamet secara kredit faktur no.031

Februari 15,     Pembelian 4.000kg @5.000 kepada PD. Maju Lancar secara kredit faktur no.012                           dengan beban angkut pembelian 160.000

Februari 17,     Penjualan 6.400kg @7.500 kepada Toko Koko secara tunai. Faktur no.04

Februari 19,     Diterima pengembalian barang sebanyak 300kg atas penjualan tanggal 17                                       Februari faktur no. 06 

Februari 22,     Pembelian 4.000kg @5.300 kepada CV. Abadi secara kredit faktur no. 088                                    dengan beban angkut pembelian 150.000

Februari 23,     Dikembalikan barang 800kg kepada CV. Abadi faktur no. 68

Februari 25,     Diterima hasil penjualan atas transaksi tanggal 8 faktur no.42

 

Februari 26,        Pembelian 3.000kg @5.200 kepada PT. Suka Jaya secara kredit faktur no.92 dengan                                         beban angkut pembelian 120.000

Februari 27,        Dibayar utang atas transaksi tanggal 4 februari faktur no. 04

Februari 28,       Dibayar gaji karyawan 2.000.000

 

Setelah dilakukan pemeriksaan & perhitungan fisik, sisa barang CX pada tanggal 28 Februari 2011 digudang terdapat sisa sebanyak 6.500kg dengan masing-masing karung berisi 100kg (neto), yang terdiri dari : 
                                        30 karung @5.300
                                        25 karung @5.200
                                        10 karung @5.000
Diminta : Tentukan nilai persediaan akhir barang CX tanggal 28 Februari 2011 dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata Sederhana, Rata-rata Tertimbang dan Tanda Pengenal Khusus !

         4.             Sebutkan beberapa alasan mengapa perusahaan menggunakan metode taksiran laba kotor didalam menentukan besarnya harga pokok persediaannya!

         5.             Sebutkan langkah-langkah untuk menentukan harga pokok persediaan dengan menggunakan metode taksiran laba kotor !

          6.      Pada tanggal 1 April 2012, perusahaan mengalami kebakaran yang menghabiskan seluruh gedung perusahaan termasuk persediaan yang tersimpan didalamnya,namun beberapa catatan akuntansi terutama yang berhubungan dengan persediaan masih dapat diselamatkan. Berikut ini informasi yang dikutip dari catatan akuntansi tersebut:

         Persediaan 1 Januari                                          Rp.   43.200.000,00

         Pembelian                                                          Rp. 339.000.000,00

         Potongan pembelian                                           Rp.     6.500.000,00

         Retur pembelian                                                 Rp.     3.100.000,00

         Penjulan                                                             Rp. 478.000.000,00

         Potongan penjualan                                           Rp.     5.300.000,00

Retur penjualan                                                  Rp.     4.100.000,00

Biaya angkut pembelian                                    Rp.     2.400.000,00

Biaya umum                                                       Rp.   28.900.000,00

Biaya penjualan                                                 Rp.   55.700.000,00

Diminta :Dengan metode laba kotor, hitunglah jumlah persediaan yang terbakar pada tanggal 1 April 2012 jika selama 4 tahun terakhir, prosentase rata-rata laba kotor terhadap penjualan bersih adalah 30%